Perihal Asa yang Tercecer Pada Kata

Meli _ @meilianaindri

Rasanya aku belum pantas disebut survival. Meskipun banyak sekali masalah, cobaan, ujian, dan pengalaman yang sudah dilewati 19 tahun ini, tak bisa terhitung hanya dengan bilangan-bilangan angka. Makna hidup dan hidup yang bermakna mungkin tidak bisa dijelaskan pada setiap orang, karena kita memiliki artinya masing-masing. Belum tentu setiap orang punya definisi yang sama tentang makna hidup dan hidup yang bermakna. Hidup itu belajar, melihat, mendengar, memberi, merasakan, memahami, mengartikan, dan hidup adalah pengabdian. Setidaknya itulah definisi hidup yang mengkristal dalam otakku dan perlahan mengubah cara pandangku dalam melihat air di gelas kaca yang tembus pandang. Tapi, aku tidak akan memaksa orang lain untuk memahami pengertian itu.

Aku tidak berbeda dengan manusia lain, aku hanya manusia biasa yang tidak bisa lepas dari impian, harapan besar, ingin menjadi yang terhebat, yang dikenal, penuh dengan kenyamanan, dan mampu memenuhi semua keinginan, tapi itu hanyalah hasrat indrawi yang ‘membahagiakan’ sesaat. Di balik semua khayalanku itu, aku hanya ingin menjadi seorang yang sederhana, merasa cukup dengan apa yang ada, dan hidup di antara senyum kalian –orang-orang yang aku pedulikan. Aku begitu kagum melihat kalian –orang-orang yang aku pedulikan– yang selalu bersyukur dan muncul dengan penuh senyuman, begitu damai, dan hidup penuh makna –menjadi manusia yang berguna untuk orang lain– Dan impian sederhanaku, selalu berada di antara kalian –orang-orang yang penuh cinta dan doa.

Hidupku mungkin tak seperti insan muda dalam bayangan setiap orang, yang menghabiskan waktu menghibur diri, mendapatkan apa yang diinginkan, mengekspresikan indahnya masa muda, bebas memiliki apa saja yang diinginkan, dan menikmati pencapaian karier yang diharapkan yang artinya semua orang mengatakan ‘kamu berhasil’. Tidak, aku disini juga jumpalitan, terperosok berulang lagi, masih perlu banyak belajar, dan berusaha tegar disaat yang lain terlempar.

Setidaknya detik ini aku berhenti mengatakan “why me?” pada setiap masalah, ujian, dan tanggung jawab yang telah Allah berikan. Aku akan berhenti mengatakan “kenapa Allah harus memilih aku?” Aku bersyukur, masih memiliki iman. Aku bersyukur, berada bersama orang-orang hebat di sekelilingku, berada dalam lingkungan keluarga yang sangat baik dan menyayangiku, memiliki Ayah dan Bunda yang mendidikku menjadi pribadi yang insyaAllah memiliki akhlak yang baik, memiliki keluarga dengan kondisi sosial-ekonomi yang alhamdulillah cukup. Mempunyai sahabat yang selalu ada di setiap waktu ingin tertawa dan menangis. Aku memiliki duniaku seutuhnya –dalam definisiku, aku bertemu dengan orang-orang yang mengajarkanku indahnya samudra keikhlasan, bahkan aku mengenal mereka semua lebih dari apa yang aku butuhkan. Lalu mengapa aku harus menolak jika Allah memberiku ujian dan masalah di antara perjalanan hidupku 19 tahun ini? bukankah Allah telah begitu baik memberikan apa yang aku butuhkan?. Mungkin ini yang memang Allah tuliskan dalam hidupku. Allah mengajarkanku indahnya dunia dalam kesederhanaan, kerendahan hati, dan penuh rasa syukur. Bagaimana menjalani apa yang mungkin telah lama orang lain rasakan. Tapi aku lebih bersyukur, karena Allah masih menyayangiku, menyadarkanku bahwa masih banyak orang-orang hebat di sekelilingku yang bisa dijadikan teladan. Terkadang ini memang menyakitkan. Tapi aku percaya, ini rencana Allah, sebuah proses yang harus dilewati. Allah yang akan menunjukkan yang terbaik.

Umur manusia tidak hanya pendek, tapi juga penting dan indah. Kehidupan adalah perjalanan kecil nan indah, yang manis dan kadang pahit. 19 tahun, bertambahnya usia tidak selalu identik dengan pesta dan euforia. Aku hanya ingin diam, melihat diriku dan pada saat bersamaan, satu hal yang sangat membutuhkan perubahan dalam diriku adalah pemikiran dan logikaku. Aku meyakini, kesuksesan itu adalah aku memahami diri sendiri, siapakah diriku! Aku harus memiliki pandangan, kontribusi, dan tugas yang dikerjakan dengan jujur ikhlas, serta totalitas dalam mengerjakannya. Kesuksesan itu jika hidupku memiliki nilai, makna, dan pelajaran.

Keinginanku mungkin tak dapat dipahami, atau mungkin kalian tak ingin memahami. Terdengar idealis memang, tapi aku tak ingin membohongi diriku melangkah ke impianku. Aku bahkan bisa menggambarkan dalam benakku tentang kehidupan yang aku impikan, bahkan ketika tenggelam dalam pikiran-pikiran itu aku mampu merasakan kedamaian. Aku selalu kagum melihat kalian bercerita tentang hidup yang penuh rasa syukur tanpa menyerah untuk menjadi manusia yang lebih baik dan berguna, begitu juga aku.

Semoga aku bisa segera melepaskan diri dari romantisme masa lalu yang kadang membuatku lemah dalam memahami berbagai kesulitan saat ini dan masalah yang ada di masa depan. Aku tidak akan lagi menenteng topeng senyum tentang apa yang aku tentang, padahal di saat itu dalam hatiku terjadi pertarungan, kerisauan, dan pertentangan dua sisi hati yang tidak diketahui spektrumnya kecuali oleh Allah. Inilah gambaran jiwaku, limpahan perasaanku, dan buah pengetahuanku. Aku akan menjalani kehidupan –sebagaimana manusia layaknya manusia lain– dengan kemanusiaan dan kebahagiaan-kebahagian kecil. Daripada aku mencela kegelapan, lebih baik menyalakan lilin. Terimakasih atas semua apresiasi dan waktu yang diberikan selama 19 Tahun ini, kalian orang-orang yang luar biasa yang hidup di zaman kebenaran menjadi langka, berusaha keras menjalankannya dan membiasakannya, tapi kalian mampu mengembalikan diri kepadaNya setiap kali berbagai arus menjauhkannya. Semoga kalian tidak pernah bosan mengajakku pada kebaikan dan menumbuhkan semangat demi eksistensi untuk menjadi ada. Seperti kata seorang filsuf Rene Descartes “aku berpikir maka aku ada”.

Cukup Allah yang tahu doa-doa terbaikku. Cukup!

 “Ajarkan aku untuk selalu memiliki hati yang cantik. Tidak peduli meski orang-orang tidak pernah sekali pun menyadari kecantikan hati tersebut.” -tere liye

Ps: dariku yang tak mengerti bagaimana harus membalas kebaikan, doa, dan harapan yang kau berikan.

2 thoughts on “Perihal Asa yang Tercecer Pada Kata

Leave a comment