Masihkah Jadi yang Memalukan?

Ternyata memang susah mengumpulkan remah pikiran menjadi sebuah tulisan yang utuh. Buktinya setiap bagun tidur lalu sholat dan mandi pikiran saya selalu diganggu oleh sepotong kata yang datang begitu saja. Gangguan itu membuat saya ingin segera membuka laptop atau menulis acak-acakan di selembar kertas, tapi tanggung jawab untuk membersihkan tempat tidur sepertinya harus lebih dulu dikerjakan.

Kenyataannya setelah membersihkan tempat tidur dan membuka laptop, potongan kata-kata itu lenyap begitu saja. Seolah tiada ampun bagi siapapun yang melupakannya, sekali lupa ya hilang. Kemudian demi membalikkan mood seharian nanti yang setengahnya sudah hilang bersamaan dengan potongan-potongan kata yang hilang, maka saya menuliskan agenda seharian. Saya membuat rancangan kegiatan yang harus diselesaikan, mencari-cari naskah yang harus dikumpulkan untuk kompetisi, membuka-buka file tulisan yang harus di edit.

Disini, di kamar yang dindingnya berisi tempelan foto, puisi, dan buku-buku di atas rak, saya mulai resah karena tak kunjung produktif. Bukankah dulu tempat ini sudah seperti apa yang diimpikan? Karena ia berisi kenangan yang kapan saja bisa diceritakan, berbentuk foto, lalu seperti tiba-tiba ada alunan suara puisi di dinding yang sayup-sayup lewat di telinga saya, ada buku-buku yang minta dibaca dan menarik-tarik tangan saya untuk membukanya. Merdu sekali…

Andai setiap hari…

Ternyata saat ini saya lebih sering meninggalkan kamar itu untuk menemukan kenyamanan yang lain. Tentunya menemukan kenyamanan untuk mengerjakan banyak tugas di luar sana. Barangkali sekarang bukan masanya untuk gelisah dan menggerutu tak jelas karena suasana kamar yang sudah tak seperti dulu, bukan lagi masanya untuk sok-sok an menyalahkan keadaan karena tak lagi rajin begadang berpuisi sampai tengah malam, bukan lagi masanya untuk duduk meratapi karena merasa tak bisa dengan suatu tantangan tertentu. Sungguh bukan masanya untuk mengutuki sepotong kata yang tiba-tiba hilang dan memikirkan bagaimana cara menggembalikannya.

Lihat saja, waktu akan terus melesat cepat. Tak ada yang memihak keresahan karena semangat tak kenal keputusasaan. Bukan sekaligus menyelesaikan karena sedang semangat-semangatnya tapi setiap hari ikut bergerak dan selalu menumbuhkan semangat agar waktu menjadi berguna. Bukan waktunya untuk sok-sok an galau karena melihat orang lain masih terus belajar dan melaju dengan kencangnya.

Bukankah itu memalukan?

Jadi apa yang kamu lakukan untuk tidak membiarkan waktu kosong terbuang?

 

 

3 thoughts on “Masihkah Jadi yang Memalukan?

  1. Jadi apa yang kamu lakukan untuk tidak membiarkan waktu kosong terbuang?

    Bikin perencanaan, entah itu kerjaan-kerjaan kecil yang harus selesai sebelum hari berakhir ataukah kerjaan-kerjaan agak besar yang harus selesai bulan ini. Tapi kebanyakan nggak terlaksana, huhu. Aku masih kesulitan parah memenuhi daftar tugas dan target-target yang udah ditulis sendiri, padahal standarnya juga nggak tinggi-tinggi amat

    Like

Leave a comment