Dear Mami #14 Aku yang Takut

Selimut ini tak pernah hangat tanpa tanganmu. Semalam aku disampingmu, pura-pura tidur sambil menggenggam erat kedua tanganmu, menikmati usapan lembut telapaknya di kepalaku. Seketika setelah itu mataku terpaku pada setiap lekuk wajahmu, ada air mata yang aku usap sendiri memandangimu, wajahmu dan segala keriputnya. Tanpa pernah bertanya mengapa kau hadir, selalu bisa kuhitung berapa lama kita akan saling bertahan di sisi satu sama lain. Aku berbahagia atasnya, menghitung sepanjang apa aku bisa menemanimu, entah sepanjang apa aku berjalan membawamu kepada sebuah perasaan tanpa keterpaksaan.

Aku sendirian, menelanjangi setiap hal konyol yang selama ini aku lakukan cuma-cuma tanpa imbalan apapun, tanpa permintaan dan pertanggungjawaban apapun, aku hanya melakukan dan akan terus melakukan. Doa-doa tak hanya sebagai canda dan goda semata, ia adalah bahagia yang terpancar setiap aku disampingmu, tanpa itu aku rasanya tak bernyawa apapun.

Aku memang tidak pernah sekuat dulu saat pertama kali di kota ini, tidak semandiri dulu yang kemana-mana bisa sendiri dan melakukan apapun sendiri. Tapi kau tahu mi, dulu aku sendirian dan mencari pengangan selain Tuhan. Aku satu-satunya orang yang beruntung mengenalmu, bersamamu, memelukmu sekaligus hadir di hidupmu. Kau pun demikian, menyediakan seluruh waktu untuk aku miliki. Sekeras apapun mami memintaku untuk seperti dulu, tak akan bisa sama seperti dulu, satu-satunya yang bisa aku pertanggungjawabkan tentang diriku yang dulu dan sekarang hanyalah: aku masih mencintaimu dan aku takut kehilanganmu.

Leave a comment