Terimakasih Cerita, Karena Membuatku Bermakna

Adakah yang lebih membahagiakan selain syukur yang terpancar dari hatimu manakala melihat orang-orang berbahagia dengan kehidupannya. Bukan tentang waktumu bersamanya, tapi uraian doamu dihadiahkan Tuhan untuknya membuat cerita yang bermakna

Gemuruh angin di penghujung malam seperti rayuan menyeduh kopi menjadi penyembuh dingin membuat aku mendaratkan mata pada kumpulan huruf di laptop. Jadilah dua cangkir kopi yang terletak tidak jauh dari meja menjadi teman canda bagi kantuk untuk menghadapi malam. Saat aku bersandar bersama aroma kopi, aku berkenalan lagi dengan banyak cerita hasil blog walking beberapa situs teman. Betapa senangnya aku ketika membacanya hanya perlu tersenyum, tertawa yang tak terlalu terbahak-bahak.

Bagi mereka, nafas hari-harinya adalah cerita, sejuta butir peluh yang keluar seharian adalah tumpahan kisah yang menggunung. Aku pun tidak henti memetik hikmah yang menyangkut di antara kalimat-kalimatnya. Sudah barang tentu dihujani imajinasi dari ceritanya lebih tepatnya semua yang dibaca boleh dipetik dan dikeruk untuk membuka gembok kesulitan yang menempel di kepala.

“ada yang belum kamu lakukan?” aroma kopi ini mengingatkanku pada buku catatan yang entah dimana. Sepertinya memang ada yang terlupa. Aku memperhatikan tumpukan buku yang berdebu di bawah meja. Sungguh buku itu mengingatkan aku tentang semua hal yang aku bawa dan terlalu sering kuucap dalam doa-doa.

Seketika aku tersadar, pandanganku menjadi rendah karena letak buku yang harus diambil ada di bawah. Sepertinya memang merendah adalah salah satu cara agar bisa melihat apa-apa yang dijalani. Berbagai emosi berkecamuk membuka lagi buku ini, membaca satu per satu kalimat di dalamnya lengkap dengan nomor yang mengurutkan. “Semuanya masih rapi…” ucapku tersenyum. Begitu pula waktu masih rapi membuktikan setiap momentum yang ada di dalamnya kemudian dibukukan menjadi kenangan, tidak ada yang bisa menghapusnya. Begitupun apa yang sudah aku tulis di buku ini semuanya masih rapi memutarkan kembali air mata, tawa, doa, kebahagiaan, juga tanya-tanya yang dirahasiakan masa depan.

Satu lagi dan untuk kesekian kali dari lebih seratus yang aku tuliskan, tercoret tinta merah tanda sudah melunasi impian yang diinginkan. Lunas lengkap dengan cangkir kopi yang sering membawaku memasuki ruang di mana waktu mengalirkan cerita lebih dalam. Syukurlah, sebaik mungkin jangan membiarkan cerita menjumpai waktu berlalu begitu saja. Ya, aku hanya ingin mencoret lebih banyak lagi di buku ini, agar lebih banyak senyum sambut menyambut kisahnya suatu saat nanti.

“Waktu memang selalu menang…” ucapku.

2 thoughts on “Terimakasih Cerita, Karena Membuatku Bermakna

Leave a comment